Santri-Indigo.Com - Karena orang - orang mukmin tahu bahwa mereka akan diuji dalam kehidupan dunia ini, mereka melihat berbagai peristiwa yang terjadi dengan pandangan masa depan.
Apa maksudnya?
Pada hakikatnya, seberat dan sesulit apa pun musibah yang menimpa, tentu tiada berarti karena semuanya pasti berakhir dan lenyap. Misalnya sejumlah orang dituduh melakukan suatu tindak pidana secara tidak benar, hingga menyebabkan mereka mengalami berbagai macam perlakuan zalim dan semena - mena. Namun, kebenaran pasti muncul pada akhirnya. Jika pun kezaliman tidak berakhir di dunia, para pelaku kezaliman akan mendapat hukuman pada hari kiamat kelak atas tindakan yang telah mereka lakukan. Sementara itu, mereka yang dianiaya menantikan balasan atas kesabaran dan pahala dari Allah.
Waktu pasti berlalu dengan cepat dan semua permasalahan pasti berakhir secepat kedipan mata. Al-Qur'an menjelaskan bahwa Allah berjanji menjadikan ujung akhir setiap ujian yang menimpa kaum muslimin sebagai sesuatu yang nyaman dan menyelamatkan.
"Maka sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan." (QS. Al - Insyirah : 5-6)
Untuk itu, orang - orang mukmin percaya atas keadilan Allah yang mutlak dan menanti jalan keluar dari-Nya tanpa putus harapan. Mereka senantiasa percaya bahwa sesudah kesulitan pasti ada kemudahan baik di dunia maupun di akhirat. Inilah yang kami maksud memandang segala kejadian dengan pertimbangan masa depan.
Kaum muslimin tahu, mereka adalah para saksi atas takdir mereka sendiri, juga takdir semua manusia yang ada disekitar. Mereka menyaksikan segala sesuatu dengan sabar, percaya, dan tunduk tanpa mampu menghentikan laju berbagai kejadian atau mengubah alur perjalanannya, karena itu semua terjadi berdasarkan ilmu Allah.
Banyak sekali ayat Al-Qur'an menanamkan makna ini di benak mereka, diantaranya,"Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi bisa jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan bisa jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS. Al-Baqarah : 216)
Dengan kata lain, segala kejadian yang tidak berpihak pada orang - orang mukmin, pada akhirnya akan berubah menguntungkan mereka jika mereka tetap berpegang pada keimanan kepada Allah dan bersabar menghadapi takdir-Nya.
Ujian - ujian yang datang adalah masa pelatihan untuk memperdalam keimanan dan memperkokoh perilaku baik, hingga secara ruhani mereka menjadi semakin matang dan cerdas, derajat mereka pun makin menanjak tinggi disisi Rabb mereka di surga.
Mereka yang memahami posisi rohani luhur ini adalah kelompok orang - orang mukmin yang menjalankan perintah Allah dari lubuk hati yang paling dalam. Sementara mereka yang tidak menyerahkan kendali urusan kepada takdir dan sama sekali menolak agama, mereka pasti runtuh karena putus asa, takut, dan terguncang. Tiada lagi harapan untuk bisa selamat. Mereka akan tetap berada dalam kesengsaraan ruhani, selama dasar harapan kenikmatan akhirat padam dalam hati mereka.
"Barang siapa dikehendaki Allah akan mendapat hidayah (petunjuk), Dia akan membukakan dadanya untuk (menerima) Islam. Dan barang siapa dikehendaki-Nya menjadi sesat, Dia jadikan dadanya sempit dan sesak, seakan - akan dia (sedang) mendaki ke langit. Demikian Allah melimpahkan siksa kepada orang - orang yang tidak beriman." (QS. Al-An'am : 125)
Kekosongan ruhani membuat mereka menolak takdir Allah, karena mereka memperlakukan diri mereka sendiri sedemikian jahat.
Dengan ksempurnaan kuasa dan luasnya ilmu yang dimiliki, Allah menentukan tempat kembali seluruh manusia dan mengusai segala sesuatu yang berada dalam kuasa-Nya. Ini saja sudah merupakan nikmat tiada tara bagi orang - orang mukmin.
Sementara mereka yang redup cahaya imannya, atau bahkan padam, mereka tidak mengetahui kadar nikmat ini. Mereka tidak mampu tunduk pada garis takdir yang sudah ditetapkan, hingga pada akhirnya mereka pun menyerah putus asa hingga bertemu Allah. Kondisi strategis ini merupakan hukuman ruhani yang sengaja mereka timpakan pada diri mereka sendiri, lantaran sedikitnya kepercayaan mereka kepada Allah.
"Sesungguhnya Allah tidak menzalimi manusia sedikit pun, tetapi manusia itulah yang menzalimi dirinya sendiri." (QS. Yunus : 44)
Ujian - ujian yang datang adalah masa pelatihan untuk memperdalam keimanan dan memperkokoh perilaku baik, hingga secara ruhani mereka menjadi semakin matang dan cerdas, derajat mereka pun makin menanjak tinggi disisi Rabb mereka di surga.
Mereka yang memahami posisi rohani luhur ini adalah kelompok orang - orang mukmin yang menjalankan perintah Allah dari lubuk hati yang paling dalam. Sementara mereka yang tidak menyerahkan kendali urusan kepada takdir dan sama sekali menolak agama, mereka pasti runtuh karena putus asa, takut, dan terguncang. Tiada lagi harapan untuk bisa selamat. Mereka akan tetap berada dalam kesengsaraan ruhani, selama dasar harapan kenikmatan akhirat padam dalam hati mereka.
"Barang siapa dikehendaki Allah akan mendapat hidayah (petunjuk), Dia akan membukakan dadanya untuk (menerima) Islam. Dan barang siapa dikehendaki-Nya menjadi sesat, Dia jadikan dadanya sempit dan sesak, seakan - akan dia (sedang) mendaki ke langit. Demikian Allah melimpahkan siksa kepada orang - orang yang tidak beriman." (QS. Al-An'am : 125)
Kekosongan ruhani membuat mereka menolak takdir Allah, karena mereka memperlakukan diri mereka sendiri sedemikian jahat.
Dengan ksempurnaan kuasa dan luasnya ilmu yang dimiliki, Allah menentukan tempat kembali seluruh manusia dan mengusai segala sesuatu yang berada dalam kuasa-Nya. Ini saja sudah merupakan nikmat tiada tara bagi orang - orang mukmin.
Sementara mereka yang redup cahaya imannya, atau bahkan padam, mereka tidak mengetahui kadar nikmat ini. Mereka tidak mampu tunduk pada garis takdir yang sudah ditetapkan, hingga pada akhirnya mereka pun menyerah putus asa hingga bertemu Allah. Kondisi strategis ini merupakan hukuman ruhani yang sengaja mereka timpakan pada diri mereka sendiri, lantaran sedikitnya kepercayaan mereka kepada Allah.
"Sesungguhnya Allah tidak menzalimi manusia sedikit pun, tetapi manusia itulah yang menzalimi dirinya sendiri." (QS. Yunus : 44)
Share this article with your friends
Posting Komentar
Jangan berkunjung tanpa meninggalkan jejak.
- No Spam - No Phising - No Live Link
Salam Blogger Indonesia, Silakan Tinggalkan Pesan Agan disini... !!!