Santri Indigo adalah Komunitas Santri Berbudaya Teknologi yang merupakan kerjasama program CSR PT Telkom Indonesia Tbk dengan HU Republika.
Twitter Facebook Feedburner Google +1 youtube
www.santri-indigo.com
Selamat Datang di Portal Santri Indigo Cilacap
Home » , , , » Kunci Sukses Menulis 1 Menit & Fakta Dunia Bahasa Kita

Kunci Sukses Menulis 1 Menit & Fakta Dunia Bahasa Kita

Penulis : ZHANtech | Kamis, 27 Februari 2014

Mengapa sistem sekolah gagal mendidik kita menjadi penulis besar? Mengapa bahasa indonesia menjadi pelajaran yang ditakuti (atau kalau tidak, membosankan) dimata para pelajar? Padahal, Anda tidak akan lulus bila mata pelajaran Bahasa Indonesia Anda dibawah 5,..

Sebuah fenomena mengerikan, dimana Fakultas Sastra (sekarang Fakultas Ilmu Budaya) yang adalah tempat para mahasiswa berinteraksi dengan literature bahasa, jarang sekali menghasilkan penulis - penulis yang handal. Seolah mereka hanya mempelajari literature bahasa saja, tanpa ada niat untuk menulis literature tersebut, atau menjadikan lebih bermanfaat untuk khalayak. Maka meringislah ranah bahasa kita. Dan lebih tertariklah generasi kita kepada ilmu Matematika, Fisika, Kimia, dll.

Dengan Asumsi mata pelajaran diatas lebih efektif untuk perubahan bangsa, (dengan memenangkannya disetiap event adu edukasi antar Negara), takluklah kita untuk menduakan ilmu Bahasa.

Padahal, bukankah kecerdasan sering tampak lewat tulisan serta gaya bicara seseorang?

Namun ternyata pelajaran Bahasa Indonesia diberlakukan disekolah layaknya anak tiri saja. Bahasa yang substansinya menjunjung nilai afeksi (kasih sayang), justru menjadi ilmu yang tak tersentuh kecintaan para siswa.

Karya sastra dibedah layaknya sapi yang disembelih. Dibedah tanpa niat untuk mengkaji, namun justru menghabisi. Dipreteli dari keutuhannya sebagai sebuah karya yang hidup.

Sastra Indonesia, dewasa ini telah lepas dari pelajaran bahasa indonesia. Keduanya sudah bukan lagi satu kurun mata pelajaran. Dan apa efek negatif dari perihal diatas?

Tak lain adalah semakin menjauhnya sastra dari wacana anak bangsa. Sastra hampir terhapus. Seperti terhapusnya pelajaran Budi Pekerti dari ranah tanah air. Maka lengkaplah sudah wabah dehumanisasi (Ketidakmanusiawian) di negeri ini.

Nampaknya Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) tidak pernah adil dalam menakar keputusannya. Namun untungnya, dengan adanya fenomena diatas, semakin rajinlah para penggiat seni tulis untuk menerbitkan buku guna saling berbagi pengalaman jurnalistik. Sebab pada dasarnya, belajar menulis tak ada bedanya dengan bercermin. Dengan hanya berdiam diri sambil membaca buku, kita bisa berproses dalam kepenulisan. Tanpa memerlukan bantuan guru ataupun mentor. Dengan membaca kita bisa mengoreksi diri sendiri, sekaligus menimbang karya orang lain.

Bercermin adalah melihat "Bayangan Diri". Dan hal ini sangat efektif diterapkan di dunia kepenulisan. Maka rajin-rajinlah membaca ditengah proses menulis Anda. Buku, itulah cermin Anda.

Tetapi cermin tidak akan ada manfaatnya bila dinding kaca penuh dengan noda. Nah, selanjutnya bila Anda sudah mengibaratkan buku-buku panduan menulis sebagai cermin proses kreatif Anda, dan ternyata buku-buku terkadang ditulis dengan kapasitas seadanya, maka kasihan sekali diri Anda. Anda bercermin pada kaca yang kurang efektif.

untuk itu mari kita coba melengkapi kekurangan tersebut. Atau bahkan, menghilangkan noda - noda yang barangkali ada di buku-buku panduan yang sudah Anda baca.

Apa saja peralatan untuk menghilangkan noda - noda tersebut? Berikut ini nama peralatan tersebut :
  1. Gunakan 5W+2H (what, who, why, when, where + how, how much/how many) untuk mengembangkan topik atau tema tulisan.
  2. Jangan perdulikan omongan "otak kritis" Anda.
Dalam menulis, janganlah menyatukan keinginan menulis dengan hasrat untuk mengoreksi. Lakukan satu persatu. Dan sisihkan otak kritis anda. Baru setelah anda selesai menulis, gunakan otak kritis anda untuk mengoreksi.

Sepanjang anda bergelut dengan ide Anda, sisihkan sejenak "otak kritis anda" tersebut. Dialah yang cenderung menjadi predator penganggu. Ada masanya bagi dia untuk mengkritisi tulisan kita. Ada masanya kita mengangurkan otak penting itu.

Konsep ini tidak mempersoalkan apakah anda seorang siswa SD, remaja, mahasiswa atau bahkan jika Anda seorang Guru Besar sekalipun. Ada dilevel mana pun konsep ini diibaratkan burung terbang dialam bebas. Ia bebas mencari sesuatu / apa saja untuk pijakan bertenggernya. Ia bisa hinggap didekat Anda. Kemudain mendendangkan kicauan-kicauan lembutnya. Sehingga pikiran Anda merasa tenang dan bisa menerima segala hal.

Kenyamanan adalah pintu menuju alam flow, alam penuh getaran gelombang alfa yang membuat Anda produktif menulis. Dan dengan 5W+2H akan melatif syaraf kepenulisan kita dari berbagai sudut. Seperti bagaimana "memanipulasi" emosi, komitmen, gairah, kepedulian, panggilan, keprihatinan agar menghasilkan karya tulis dengan 'gaya' ungkapan yang indah,menyentuh, penuh sugesti, memprovokasi, menenengkan sekaligus menggelorakan.


Share this article with your friends

4 komentar

mas prapto 28 Februari 2014 pukul 00.49

|o| 5W + H memang ampuh

ZHANtech 28 Februari 2014 pukul 00.52

hehehe,.. iya mas.. mudah - mudahan bisa konsisten menulis :-d

Titis Ayuningsih 28 Februari 2014 pukul 09.43

Ya, menulislah!

ZHANtech 28 Februari 2014 pukul 11.01

Sipp mba,... saling berbagi kalau bisa |o|

Posting Komentar

Jangan berkunjung tanpa meninggalkan jejak.
- No Spam - No Phising - No Live Link
Salam Blogger Indonesia, Silakan Tinggalkan Pesan Agan disini... !!!

Tukar Link



Copy Paste - Copyright by SIC
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://www.santri-indigo.com/" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4X8slxtycBYdn18VtsohXTzJQmwJhkNtRDtbbJv7tnt5dqou5BIn6OIdm1e3Ql3YM9ZSckUHsSXwpPacPxnw067WXUa7S3TWTDVRYOVwdV5Jwi8aLdKMMMZrX3WtykfUBqAwhWBc3DtA/s150/SI.png" /></a></div>

Bagi yang sudah pasang silahkan tinggalkan komentar