Santri Indigo adalah Komunitas Santri Berbudaya Teknologi yang merupakan kerjasama program CSR PT Telkom Indonesia Tbk dengan HU Republika.
Twitter Facebook Feedburner Google +1 youtube
www.santri-indigo.com
Selamat Datang di Portal Santri Indigo Cilacap
Home » » Kasih Sayang Dalam Islam Bukan Seperti Valentine Day

Kasih Sayang Dalam Islam Bukan Seperti Valentine Day

Penulis : Unknown | Rabu, 13 Februari 2013

Kasih sayang adalah merupakan sifat Asmaul Husna (nama-nama Allah yang terindah). Sifat Ar-Rahman (Maha Pengasih) dan Ar-Rahim (Maha Penyayang). Sebagai umat Islam kitapun di tuntut untuk saling berkasih sayang. Tidak hanya kepada Allah sebagai Pencipta kita, akan tetapi kepada manusia, hewan, dan tumbuhan.

Banyak umat Islam yang lebih senang memaknai kasih sayang yang telah digembar-gemborkan oleh barat. Padahal Islam lebih utama dalam menjelaskan hal ini baik dalam Al-qur’an dan Al- Hadist. Kasih sayang yang dijelaskan dalam Islam tidak semata-mata berkaitan dengan hubungan antara lawan jenis, yakni laki-laki dan perempuan seperti yang kita lihat saat ini dengan adanya hari “ Valentine Day”. Kasih sayang yang keliru ini hanya merupakan propaganda produk-produk yang dijual oleh para kaum kapitalis dan orientalis. Kasih sayang yang dilegalkan setiap tanggal 14 Februari setiap tahunnya, seolah-olah menjadi perayaan yang sakral bagi setiap orang.

Secara sadar ataupun tidak sadar mediapun telah memprovokasi masyarakat, bahwa adanya pembenaran dalam merayakan “Valentine Day” tersebut. Perayaan yang identik dengan bergumulnya muda-mudi yang saling mengasihi atas nama cinta. Ya, Cinta hawa nafsu yang bisa saja berlanjut kepada perbuatan maksiat. Nauzubillah minzalik. Miris sekali melihat kondisi tersebut. Kita mencontoh budaya yang bukan dari nilai-nilai yang kita anut. Mengadposi budaya barat tanpa adanya seleksi apakah hal ini sesuai dengan ajaran agama Islam yang dianut kebanyakan penduduk Indonesia.

Kasih Sayang dalam Ajaran Islam
Jika kita mau membaca Al-Qur’an, dan AL-Hadist. Banyak sekali ayat dan hadist yang membahas tentang hal ini. Bahkan Allah sendiri mengkhususkan satu surat di dalam AL-Qur’an tentang kasih sayang Allah kepada manusia yakni Ar-Rahman. Bagiamana Allah menjelaskan kasih sayangnya dalam bentuk nikmat-nikmat yang diberikan kepada manusia. Baik manusia yang ingkar maupun manusia yang beriman. Lalu, coba kita buka surat Al-Fatihah Pembuka ayat yang menjelaskan kalimat awal “ Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kemudian Ayat ketiga (3)nya pun menerangkan “ Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang”. Makna yang dalam sekali, jika kita mau merenungkan nikmatnya.

“Dan Dia (Allah) Telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadaNya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim lagi sangat mengingkari (kufur nikmat)“. (Ibrahim: 34)

Pernahkan kita berfikir, jika Allah tidak memberikan kita pernafasan hari ini. Apa yang akan kita lakukan. Lalu, pernahkah kita merenungkan ketika Allah langsung menghukum kita di dunia dengan mencabut segala nikmat yang diberikannnya? Mungkin, setiap kita pasti akan terkena. Karena tidak ada satupun manusia di bumi ini yang tidak melakukan kesalahan.

Membayangkan balasan dunia saja, kita sudah merasa ngeri. Jika setiap yang bersalah di hilangkan pita suaranya misalkan. Kasih sayang Allah untuk nikmat suara sudah tidak dapat kita gunakan lagi. Apalagi ketika kita membayangkan balasan di akhirat.

Bukti kasih sayang Allah kepada kita banyak sekali dan tidak terhitung nilainya. Walaupun kita beribadah seribu tahunpun. Semua itu tidak akan cukup membayarnya. Salah satu bukti nyata adalah Allah tetap memberikan nikmat kepada orang-orang yang ingkar denga ajaran-NYA. Mereka masih diberikan rizki, masih diberikan udara, kesehatan dengan tujuan suatu saat mereka bisa merenungi kasih sayang Allah yang luarbiasa, lalu kembali kepada Ajaran Tauhid-NYA.

Apalagi jika kita selami lebih jauh lagi. Subahanallah, luarbiasa Islam mengatur kedamaian didunia ini dengan ajaran Allah dari Al-Qur’an dan Al-Hadist. Jika tidak ada kasih dan sayang dalam diri setiap manusia. Bumi ini akan penuh dengan manusia-manusia yang saling membenci satu-sama lainnya. Pertentanganpun akan terus bergulir. Kedamaianpun akan terenggut oleh kebencian yang ada dalam diri manusia.

Hal inipun dapat kita ambil contoh dari sejarah yang telah berlalu. Bagaimana, ketamakan manusia telah merenggut kenyamanan dan ketentaraman. Contohnya perang. Perang tidak menyisakan apa-apa buat manusia, kecuali meluluhlantakan semua yang ada disekitarnya.

Memaknai kasih sayang, bukan sekedar hawa nafsu semata, namun ada sifat Illahiyah yang terkadung di dalamnya. Nilai Ketuhanan yang dapat kita terapkan dalam kehidupan kita. Sebagai mana pula dijelaskan dalam beberapa hadist:

“Orang-orang yang penyayang akan dikasihi oleh Tuhan yang Maha Pengasih: Allah Swt. Berfirman: “Berbelaskasihanlah kalian terhadap makhluk yang ada di bumi, niscaya makhluk yang ada dilangit akan menyayangi kalian.”(HR. Ahmad)

Dari teks hadist tersebut mengajarkan kepada kita, bahwa tidak ada batasan untuk mengungkapkan kasih sayang kepada lawan jenis yang sering kita saksikan setiap “Valentine Day”. Justru Allah menyuruh umatnya untuk berkasih sayang kepada setiap makhluk yang ada dibumi. Kalau berbicara makhluk, berarti, tumbuhan dan hewanpun termasuk untuk dikasihi dan disayangi. Kemudian Allahpun menjanjikan, jika manusia menyanyangi makhluk yang ada dibumi, niscaya Allah beserta para malaikatpun ikut menyayangi manusia tersebut.

Luarbiasa bukan, bagaimana Islam menjelaskan makna ini. Bahkan dalam hadist lainpun dijelaskan bahwa; “Tidak akan masuk syurga seseorang, kecuali orang yang penyayang” (HR. Baihaqi melalui Anas r.a.)

Tingkatan Kasih Sayang dalam Islam
Dalam memaknai kasih sayang, Islam juga mengatur tata hubungan manusia satu dengan yang lain. Bagaimana menghargai yang tua dan bagaimana memperlakukan yang muda dalam tata cara Islam. Sebagaimana dijelaskan dalam hadist berikut ini;

“Barangsiapa yang tidak sayang kepada orang yang lebih muda diantara kami dan tidak menghormati hak orang yang tertua diantara kami, maka ia bukan termasuk golongan kami “(HR. Ibnu Umar r.a.)

Hadits tersebut memberikan penjelasan bagaimana akhlak umat Nabi Muhammad Saw. seharusnya bersikap kepada orang tua dan anak muda; yakni dengan cara menghormati orang yang lebih tua, dan menyayangi orang-orang yang lebih muda.

Orang-orang yang tidak memiliki kasih sayang dalam dirinya diketagorikan kedalam orang yang merugi. Orang yang tidak memiliki kedamaian dalam hatinya. Dia tidak akan memiliki ketentraman dan ketenangan hidup. Setiap hari hidupnya akan gelisah, karena ia tidak memilik sifat welaskasih terhadap sesama.

Berbeda dengan orang yang senantiasa memilki kasih sayang. Ia menyadari betul bahwa kasih sayang adalah wujud penghambaan dirinya kepada Allah, karena ia meyakini bahwa kasih sayang merupakan refleksi cintanya kepada Sang Maha Cinta.

Orang yang memiliki kasih sayang kepada sesama akan mudah tersentuh melihat saudaranya yang miskin, orang-orang panti jompo, orang-orang cacat, dan orang-orang lemah lainnya. Hatinya akan segera terketuk untuk membantu orang-orang yang membutuhkan.

“Bebaskanlah tawanan perang, penuhilah undangan, berilah makan orang yang lapar, dan jenguklah orang yang sakit”. (Riwayat Abu Muasa al-asya’ari r.a.)

Hadist tersebut menjelaskan bagaimana bukti-bukti orang yang memiliki kasih sayang dalam dirinya. Banyak hal yang dapat ia lakukan untuk sesama. Seolah-olah dirinya telah diwakafkan untuk kepentingan umat. Kehadirannya selalu memberikan manfaat. Itulah yang menjadi cita-cita, orang yang memiliki kasih sayang dalam dirinya.

Orang yang memiliki kasih sayang dalam dirinya, akan menghargai sesama, mampu memahami saudaranya dengan baik, menyikapi segala sesuatu dengan bijak. Hatinya sangat lembut, dan pribadinyapun hangat. Ia adalah pribadi yang dirindukan oleh siapapun, jika bertemu dengannya. Setiap perkataannya adalah petuah, sebagaimana akhlak Baginda Rasulullah kita. Pribadi yang telah mencontohkan makna kasih sayang kepada umatnya.

Saat ini pun, kita selalu rindu dengan beliau, rindu dengan akhlaknya, rindu dengan kelembutan hati beliau, bagaimana beliau mencintai saudaranya, meskipun dibenci bahkan dihujat sekalipun. Namun, beliau tetap menunjukkan pribadi yang mengasihi karena Allah Swt. Masih kah kita mencari makna kasih sayang, selain yang Islam ajarkan? Coba kita renungkan kembali, apakah kita sudah memaknai kasih sayang selama ini sesuai dengan ajaran dari Al-qur’an dan Al-hadist, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Baginda Rasul kita yang mulia. (Elvira Suryani)

Referensi Tulisan:

Al-Qur’anulkarim
Al-Hadist, 1646 Hadist pilihan dari 6 kitab Hadist Shaheh, Buya H. Muhammad Alfis Chaniago

Share this article with your friends

Posting Komentar

Jangan berkunjung tanpa meninggalkan jejak.
- No Spam - No Phising - No Live Link
Salam Blogger Indonesia, Silakan Tinggalkan Pesan Agan disini... !!!

Tukar Link



Copy Paste - Copyright by SIC
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://www.santri-indigo.com/" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img src="http://2.bp.blogspot.com/--N-4ALq7hlQ/UzmVq36j58I/AAAAAAAABVI/p-zTAcA9xsI/s150/SI.png" /></a></div>

Bagi yang sudah pasang silahkan tinggalkan komentar