Sembari kumenunggu nyawa-nyawa ini terkumpul, tiba-tiba”thonk. . .tho tho thonk thonk thonk... . . suara kentongpun terdengar, tak lama kemudian sayup-sayup adzan terdengar saling bersaut-sautan antara desa yang satu dengan desa yang lain, Subhanallah.. tentram rasanya. Kemudian nyawa-nyawa inipun terkumpul, akupun bangun dan kuucap “Alhamdulillahilladzi akhyana ba’dama amatana wailaihi nushur”, lantas, segera ku bergegas dari tidurku yang panjang tadi, panjang bagaikan gerbong kreta api, yang selau setia mengantarkan manusia dari stasiun “A” hingga ke stasiun “Be”dan seterusnya… . Dipagi ini pula “drama hidup” sepertinya tak mau kalah.. ia pun ikut serta dalam indahnya pagi ini. Ia keluar, bagaikan tokoh dalam dongeng-dongeng. Tapi, jika drama hidup tak ada, . .. kitapun tak tau bagaimana alur crita kita nanti. Karena dengan drama hidup, kita dapat merasakan manis, asem, pahit, pedas, dan kecutnya dunia. Kusibak pintu kamar, dan kemudian kupergi, menuju kamar mandi, tuk membasuh mukaku, dan mengambil air wudlu, tuk kemudian menghadap Sang Illahi mohon ampun atas dosa, kedzaliman, dan kehilafan yang telah kulakukan.
Tak terasa waktu menunjukan pukul 05.30 WIB, dan saatnya aku mandi, membersihkan diriku dari najis yang menempel pada tubuhku ini, dan untuk meregangkan otot-ototku yang kaku regang, karna padatnya jadwal kerjaku. Belum jauh ku melangkah, tiba-tiba “kretek kretek. .. sesosok manusia keluar dari kandangnya”alias kakaku yang keluar dari kamarnya, dan seketika itu pula ia langsung melotot melihatku yang sedang membawa peralatan tempurku (peralatan mandi)untuk melawan kuman-kuman yang bersarang ditubuhku ini. Dia memasang muka sangar, hingga kemudian berkata,”aku, adus disit,..ko engko bae,”dengan nada sinisnya. Akupun tak mau kalah ”lo. .. sing metu disit sapa..? , hingga cek cok mulut pun, tak terelakan lagi. Sedang ramai-ramainya kami saling bertempur, tiba-tiba dari dalam rumah terdengar suara“bocah, brisik bae .. ket mau langka sing metu,,,.mbasa metu siji, metu kabeh bocah aparane jane koh... !. Dengan rasa nek, males, sedikit ngantuk, dan lapar, aku keluar dari pertempuran ini, tuk menyudahinya. Aku yang tak mau ambil pusing, tanpa Ba Bi Bu, Ta Ti Tu, motor yang tadinya nongkrong diteras langsung kunaiki (untuk memberi hiburan agar aku tidak terlalu pusing).
Seperti anak yang tak memiliki dosa, aku yang seharusnya sudah siap-siap tuk bergegas kesekolahpun, malah asyik muter kesana kemari,mengikuti angin nafsuku ini. Dalam hati ini sadar tapi, pas nang ngarep gang(jalan menuju ke “Sangkar Boetjah Nggoeantheng, aliase umahku) rasa nek, males, malah tambah ngantuk, khadir kembali. Tapi dengan “Bismillahirrahmannirrahiim”kutekatkan jiwa ini, dan akupun kembali kerumah. Dengan rasa yang campur aduk, hingga akhirnya pukul 07.00 wib, akupun selesai, dalam segala hal.. seperti mandi, and nganggo seragam. Kemudian aku bergegas untuk berangkat, tiba-tiba cacing-cacing dalam perut ini berbunyi, yang meminta jatahnya. Sesuap nasipun bersarang dimulutku, sebiji nasipun belum masuk keperutku tiba-tiba ”bocah ayawene hurung mangkat, ora ndue semangat temen ..!saut ayahku dangan nada gagahnya, yang sedang asik menonton tv. Seketika itupun, ku tinggalkan makananku dan akupun pergi tanpa pamit kepada kedua orangtuaku. Dan anehnya kejadian tersebut tidak terjadi satu atau duakali melainkan berrrkali-kali (huuft), keluar dari gang rumah, seketika itupun aku naik bus, entah kearah mana bus ini berjalan, (tapi ndilalaeh bener koh..araeh, yaitu meng skolahanku). Tanpa kusadari, akupun sampai ketempat tujuanku yakni “sekolah. Kuinjak tanah sekolahan ini, tiba-tiba”bocah mbeler!. “loh, sapa sing ngomong si ya?(dengan suara lirih). Lantas kucari dari manakah sumber suara ini berasal. “Ternyata sesosok orang berkaca mata, beruban yang mengucapkan kata-kata itu”, aku hanya tersenyum padanya. Kulewati kakek tua ini, untuk kemudian masuk kekelas dan sembari kumasuk kemudian kutanggalkan tas ini dibangku yang sangat istimewa (karna bangku ini engkat-engkot arep njeblos). Meskipun aku bukanlah anak yang berprestasi, tapi aku cukup terkenal disekolah ini. Karna ulahku yang konyol, dan tingkahku yang sok nyentrik, and sok asyik. Meskipun aku tak merasa melakukan ini semua. Aku tau tingkahku ini aja, dari shohib ane alias sahabat alias batir alias koncoku.. Dan bukan berarti aku bangga atas gelar yang melekat pada diriku ini. Dalam hati ini aku barsedih, karna gelarku yang begitu bagus ini “ndeyan”. Terkadang kuselalu bertingkah seperti CALINGCAPLIN tak banyak bicara bergerak seperti mesin, yang terkadang banyak manusia melihatku seperti orang yang tak punya tujuan. Rasanya aku ingin bangkit, hingga kemudian terbang untuk bernari dengan sang mentari, terbang dari bumi kelangit, terbang dengan secapat mungkin, meski terasa sulit sekalipun, “tapi inilah aku, aku yang tak ingin jadi orang lain, dan tak ingin mengikuti gaya orang lain, karna aku diciptakan didunia yang fana ini selain tuk bertasbih pada sang Illahi, aku atau kita diwajibkan mengukir kisahnya sendiri-sendiri diatas dunia ini(setuju pa ora), jadi ku bikin enjoy aja. Sedang asyiknya kumelamun, atas kejadian-kejadian yang bikin aku males, yang setiap pagi melekat pada diriku, tiba-tiba” Subhanallah, Alhamdulillah , Astaghfirullah, Allahu Akbar sesosok wanita keluar dari ramainya anak-anak yang sok sibuk, sok cakep, dan sok-sok lainnya, (hehehe, mbuh sirik mbuh udu, “egepe” ). Kupandang wajahnya, dan kutatap matanya yang begitu indah... Subhanallah.., . Detik, jam, hari berjalan, begitu kencangnya. Seperti hatiku ini, dari sebiji rasa kagum, lama-lama kemudian berkembang menjadi tanaman yang rindang yang tumbuh dalam hatiku. Hatiku selalu bertanya-tanya “yaAllah siapakah namanya, dimanakah rumahnya. Tapi, ketika kesempatan datang diriku tak kuasa tuk bertanya, jangankan bertanya, tuk memendangnyapun aku tak kuasa.
Tak terasa, tahun berganti dan pohon dalam hatiku ini berbunga, hingga kemudian berbuah. Dan tak kusangka pula, aku sudah mengenal dirinya, malah makin akrab hingga aku putuskan tuk menyerangnya, dengan menggunakan ketapel yang kubuat dari ranting-ranting yang ada dipohon hati ini dan pelurunya juga buah-buahan yang tumbuh subur dalam hati ini. Tapi, takdir berkata lain, ternyata dia sudah ditotol orang lain, alias diambil orang. Dan ternyata orang ini adalah teman seperjuanganku, teman yang selalu menghibur dan selalu menghabiskan malam demi malam bersamaku yang terkadang ditemani para kampret-kampret liar dan juga tikus-tikus liar. Jadi, apa boleh buat, karna dia adalah teman yang kukenal dari kecil, kuputuskan sandiwara ini dan kucari gadis-gadis belia yang lebih cantik, lebih manis dan yang sedang menunggu “sesuatu”. Meski, agak sulit tuk melupakan dirinya ‘Afwan ea ledies and gentleman berhubung waktu sudah mepet, dan penulispun bingung mau nulis apa.. So, kusudahi dongeng ini. Terimakasih buat para pembaca yang sudah membacanya. Maaf bila ceritanya mungkin: 1. Nggak nyambung 2. Agak-agak mirip dengan kisah kalian 3. Bahasanya terlalu kaku 4. Lah, pokoke penulis njaluk ngapurane lah ea.. “Kalau ada sumur diladang, bolehlah kita menumpang mandi, kalau ada umur panjang, bolehlah kita berkarya lagi..” Misi : Semua yang terjadi ini tak bisa dipungkiri, dan tak bisa dihindari meskipun beratnya masalah yang kau hadapi, maka hadapilah dengan Bismillah, Keikhlasan, Keteguhan iman, dan berdo’alah pada Allah swt Visi : Majulah kau selagi kau benar dan tetaplah jadi dirimu, ojo mlenceng-mlenceng dadi wong lio.. ok (Karya Taufik Aziz)
Share this article with your friends
Posting Komentar
Jangan berkunjung tanpa meninggalkan jejak.
- No Spam - No Phising - No Live Link
Salam Blogger Indonesia, Silakan Tinggalkan Pesan Agan disini... !!!