Santri Indigo adalah Komunitas Santri Berbudaya Teknologi yang merupakan kerjasama program CSR PT Telkom Indonesia Tbk dengan HU Republika.
Twitter Facebook Feedburner Google +1 youtube
www.santri-indigo.com
Selamat Datang di Portal Santri Indigo Cilacap
Home » , , » Pena Yuri

Pena Yuri

Penulis : Unknown | Jumat, 12 Oktober 2012

Ditengah kicau burung yang berdendang ria menambah taburan bunga dihati Nina. Senyum renyah yang jarang terlihat diraut wajahnya yang cerah kini mengembang bersama lamunannya. Namun, lamunan yang matang itu tiba-tiba pecah karena ketukan pintu dengan teriakan seorang gadis yang membuyarkan kesunyian. “Nin…..Nina!!! buka pintunya!!!”, teriak cempreng gadis itu. Dengan lunglai dan langkah seolah menyeret kakinya diatas lantai, lalu Nina membuka pintunya. Alangkah kagetnya ketika dia melihat sosok gadis yang jangkung berdiri dengan senyum mengembang diwajahnya. Jantung Nina seolah meloncat kesana kemari tak percaya dengan apa yang dilihat matanya. “Dimana rambut hitam panjang loe ri ? Kamu apakan mahkota loe yang selama ini tergerai indah ? apakah kamu sakit ?”Tanya Nina bertubitubi sambil menempelkan tangannya di dahi Yuri.”Suurpricee ……!!!!! “Gimana gaya rambut gue sekarang ? keren kan ?” katanya santai sambil menyenggol bahu Nina dengan bahunya.”Kapan loe mangkas rambut loe ri ?” Yuri hanya diam tanpa menjawab pertanyaan sahabat kentalnya itu.

Dering jam beker membuyarkan mimpi indah Yuri, srapan pagi sudah menanti kedatangan Yuri. Setelah siap dengan seragam putih abu-abunya Yuri langsung pamit kepada orng tuanya yang selalu memanjakannya. Setelah berpamitan Yuri langsung meluncur menaiki motor kesayangannya menuju sekolahnya yang lumayan jauh dari rumahnya. Diparkirkan motor maticnya di deretan terdepan parkiran sekolahnya. Tatapan aneh para siswa yangYUri lewati membuatnya salah tingkah. Akhirnya Yuri langsung lari menujuNina. “Apa ada yang salah dari gue ????” tanyanya mengawali pembicaraan. ‘Loh kenapa Ri ?” jawab Nina tanpa menghiraukan pertanyaan Yuri. “Semua anak buat gue grogi tau nggak, semua memandang aneh banget seolah ngeliat anak ayam naik motor”. Nina tersenyum mendengar kata-kata yang muncul dari bibir manis Yuri sembari berkata “mereka heran sama gaya rambut loe yang gila itu.” Yuri hanya memanyunkan bibirnya. Nina pun tersenyum asam. Pandangan Yuri kian tajam saat seorang laki-laki melewatinya dengan tatapan sinis. “Kenapa sih dia?”Tanya Yuri. “Pena maksud loe?”sahut Nina. Yuri hanya menganggukkan kepalanya. “dia sirik kale sama loe, gara-gara loe mangkas rambut loe persis kaya dia”. “Haaaaggghhhhh………..apa nggak salah?” heran Yuri. Yuri dan Pena memang mempunyai wajah yang mirip. Bahkan teman-temannya menjulukinya sikembar. Ditambah lagi gaya rambut yuri yang sekarang pendek jadilah mereka kaya upin dan ipin. meninggalkan ruang kelas yang nampak tua itu.

Dengan langkah berat Yuri menghampiri Pena yang sedang duduk sedang duduk santai dikantin. Yuri menyapanya. Yuri memang tampak simpatik pada cowok tampan itu. Akhirnya mereka ngobrol ngalor ngidul dari yang jelas sampai yang ngga jelas banget. Terlihat tawa renyah dari Pena mendengar candaan Yuri. Hari demi hari mereka semakin akrab. Yuri sekarang lebih perhatian pada Pena, begitu pula sebaliknya. Diam – diam Yuri menyembunyikan perasaan sukanya pada Pena. Pena yang dari jaman bahola terlihat cuek kini sedikit berubah jadi perhatian. Dikantin sekolah “Nis ntar pulang bareng gue ya?” ajak Yuri “ehmmmm ………………..kaya’nya gue ga bisa Ri, kembaran loe tuh” “Ri pulang bareng gue mau nggak ?” tanya Pena. “ Uuuugh jelas nggak bakal nolak ……” ledek Nina. “ Huuush!!! Berisik banget sich loe!! Bentak Yuri sembari meletakan jari telunjulnya dibibir. Akhirnya pada saat bel sekolah berdering pertanda berakhirnya pelajaran pada hari itu. Penapun mendekati Yuri yang sedang memasukkan buku dan alat – alat tulis lainnya kedalam tas mungilnya. Mereka naik motor masing- masing dan berdampingan menyusuri jalan bagaikan seorang mempelai karpet merah. Hening, Pena turun dari motornya dan mendekati Yuri. Senyum masam mengembang dibibir Yuri seolah menahan tawa yang dibendung- bendung. “ Kenapa kamu Pen? Tanya Yuri dengan senyum masamnya. “Gue? “tanya Pena balik. “ Ya….”jawab Yuri singkat. “Gue nggak kenapa- kenapa, emang kenapa? “ tanyanya heran. Yuri tidak menjawab pertanyaan yang diajukan cowok jangkung itu.

Tiba-tiba ditengah perjalanan sebuah mobil berwarna merah setepang bulu ayam jago itu menghampiri Yuri dan Pena. Sesosok cowok bertubuh sedang dengan jabriknya yang sepanjang rel itu turun dan menyapa Yuri. “ Hai Ri “ sapanya dengan senyum yang lumayan manis, eegh ralat-ralat emang manis!. “ Egh kak Julian, ada apa? “ tanyanya. “ Gue disuruh jemput loe, Andri lagi disuruh beli sesuatu sama nyokap loe. “ Huugh……selalu deh mama gitu, kapan sich kak Andri jemput gue? Sahut Yuri kesal. “siapa Ri? tanya Pena seolah terlupakan. “ Egh…..ni kak Julian teman kakak gue, kak Julian ini Pena”. Oooh jadi ini kembaran loe, “ balas Julian. “ Huush jangan bilang-bilang kak ucap Yuri lirih. “ Haagh kembaran?” heran Pena. Ehemm…. Nggak kok kak Julian emang suka ngasal, jawab Yuri gugup. Julian hanya manggut-manggut tak berdosa. “ Hemm ya udah pulang yuk”. Kata cowok manis itu. “ Ya kak, kakak duluan aja, ya udah gue pulang dulu ya Pen”, pamit Yuri. Pena hanya mengangguk kepala akhirnya Yuri pulang bersama Julian yang nggak lain adalah sahabat kakaknya. Sekaligus teman curhat Yuri yang dengan sabarnya mendengar ocehan-ocehan Yuri setiap hari, setiap jam, setiap detik. Acara makan siang baru saja selesai. Beberapa detik kemudian Yuri pamit keluar untuk membeli alat-alat yang sudah ditulis dalam catatan kecil seperti contekan, bersama Julian.

Sesampai ditoko Yuri langsung menuju alat-alat yang akan dibeli. Saat akan mengambil Yuri memandang ke sekeliling, tanpa sengaja ia melihat seseorang yang ia kenal, egh emang kenal. Itu Pena? Yuri melongo. Ngapain ia jalan sama cewek? batinnya kesal hatinya hancur bagaikan kaleng yang ditendang orang terus diinjak dan terlindas truk. Bening air menetes dari mata indah Yuri. Yuri menangis? Wow…..dengan menahan tetes bening mengalir lagi, Yuri menghampiri Pena. “ Hai Pena” sapa Yuri dengan lesu. “ Hai….Yuri gi apa? Jawab Sakti. Gue? tanya Yuri bego. “ Ya”. “ Hemm gue…..gue…..lagi, lagi nunggu Julian, eh nggak…. Gue lagi, Gue? Tanya Yuri bego. “Ya”. “Ehmm gue…. gue…. Lagi, nunggu Julian, eegh ga…. Gue lagi beli alat tulis. “kamu kenapa? Tanya cewekkk imut yang bersama Pena. “Yuri dian. Ri, kenalin ini miankan sobat gue, ucap Pena. “Yuri” kata Yuri sembari mengulurkan tangannya. “Mianka, sembarimenyambutuluran tangan Yuri. “Yuri….” Panggil Julian. “Ya” jawabYurimasih kedengeran bego. Lalu tanpa basa basi. Julian menarik tangan Yuri sambil melemparkan senyuman untuk Pena dan Mianka. Yuri nurut tanpa bicara sepatah kata pun. “Kmau kenapa?” tanya Julian khawatir. “Pena…” jawab Yuri terpotong. “YaPena kenapa?” tanya Julian makin khawatir. “Pena udah punya cewek” jawab Yuri dengan tampang sangat memelas. Sunggug tidak tega melihat tampang itu. “Heemb… jangan nyimpulin sesuatu buru-buru . Mungkin Pena memang hanya bersahabat dengan Mianka,”tanggap Julian menenangkan. Pagi cerah, Yuri masih lesu, dia berangkat dengan tampang yang masih sangat memelas. Sesampai di sekolah Yuri langsung menuju kelas dan langsung duduk ditempat peraduannya. Nina yang juga baru datang seolah mendapat panggilan untuk menghampiri Yuri. “kenapa loe ri..?” tanyanya perhatian.Yuri hanya diam dengan pandangan kosongnya. Yuri jadi lesu dan perasaan sukanya yang dulu hanya untuk Pena berubah menjadi rasa benci. Yuri berdiri dan “Aduuuggh…..!!!!! monyong nech meja!!! Kenapa juga ada disitu!!!!” bentak yuri. Kakinya berdenyut lantaran menabrak meja di depanya. “sakit ri?” tanya Pena yang baru datang. “gak Cuma geli!! Udah tau sakit bukannya nolongin malah nanya!” “Idiiiiiiiigh dasar …….. kenapa loe? Orang tanya baik-baik dasar galak!”. “Pen, loe urus ajah jabrik loe yang kayak semak-semak itu. Gak usah urusin sifat gue!”. “hahahaha….” Pena ngakak. “walah-walah loe mulai perhatian ya ma gue. Kok tau kalau gue belon nata jabrik gue”, ledek Pena. Grrrrrrghh !!!!!! sesaat Yuri meninggalkan si cowok jangkung itu.” Haugh dasar jelek!” gerutu Yuri dalam hati. Eeeh …. Gak jelek kok sebelas duabelas sama 2ac Efron lah! Cuma kalau senyumnya agak manis. Dadanya juga bidang banget, rasanya enak kali merebahkan kepala di sana. Uupss!!! Ralat-ralat, mestinya kan gue jengkel sama dia, lah kok ini kebalik?. Yuri, Pena, dan Nina pulang sekolah harus menjaga perpus” jangan di tekuk gitu dong mukanya. Nanti gak ada yang mau pinjem buku loch” canda Pena. “Mestinya bukan gue yang tugas sekarang. Gueu mau pergi,” kata Yuri kesal. “Bilang ajaloe tue berdebar-debar di sebelah gue, pake alasan mau pergi segala,” goda Pena. “ Iiiiiigh…….sapa juga yang mau di sebelah loe. Mending gue jalan di samping orang gila.” “Orang gila??? Mata loe katarak gak ri? Masa gue di bandingin orang gila, ya jauhlah…..” “emang loe mau di bandingin sama siapa? Kevin julio? Lebih jauuuuh lagi!” Pena tersenyum nakal, “ loch kok tau sikalo gue mirip dia. Aduuuuh ……… gue gak nyangka, berarti diem-diem loe tuh perhatian banget ya. Makasih loh Mrs. Galak. Ubun-ubun Yuri langsung mendidih 100○. Dan panas itu menjalar kemukanya. Nyebelin banget cowok bernama Pena ini !!!! “emang kalau galak kenapa?” sangkal Yuri. “Yeeee elagh….. dari sikap aja udah membuktikan hatinya-galak, hahahaha…..” “sakti reeeseee !!!!!” teriak Yuri kesal. Sembari meninggalkan Pena.

Setelah cukup lama Yuri kembali keperpus, tanpa disadari perpus ramai sampai penuh sesak. Ditengah himpitan sekeliling Yuri mengambil buku berusaha enjoy. “Emang narsis thu cewek. Bikin gue sebel, jengkel, tapi juga kangen”. Suara itu berasal dari himpitan orang-orang dalam perpus. Namun hanya Yuri yang menyima. Sementara Syan lagi lagi asik plarak plirik sambil mengunyah permen karetnya. Yuri menajamkan telinganya untuk mendengar pemberitaan yang tidak seharusnya Yuri dengar. “Ya udah tembak aja, “ ucap syam santai. “enak aja main tembak kalau ditolak, muka gue mau ditaro dimana Man?”. “Weeeeiiiii, something fimiliar? Itu khan suara Pena!” ucap Yuri lirih. Tanpa bisa dicegah tiba-tiba detak jantung Yuri berlomba-lomba menciptakan detakan. Jadi Pena naksir cewek????? Siapa yaa??? Rasanya si tu anak very cool, sama semua orang ramah. Uuugh….. kok tiba-tiba ada sakit di dadanya. Tiba-tiba Syan mendekati yuri. “Ri, kenapa loe narik nafas panjang gitu??? Keselek???” tanya Syan. “lagi banyak pikiran ya? Mikir si Pena sontoloyo itu? Pantes loe banyak berubah”, tambah Syan. “Yeeiii, memang orang gak boleh berubah? Sangkal Yuri. “Masalahnya siapa yang bisa bikin loe berubah! Hayoo….. ngaku! Ntar gue ke toilet dulu. Tungguin ya! Jawab Syan. Duuh…… monyong bener si Syan. Masa si gue beneran naksir Pena, batin yuri. Yuri meregakan tubuhnya, agaknya obrolan yang tadi di dengarnya masih berlanjut. “Dia tu mandiri banget. Rasanya gak butuh cowok deh” itu suara Pena. “mana bisa begitu. Perempuan dan laki-laki kan di takdirkan simbiosis mutualisme Pen” Jelas Syam. “Jadi gimana? Udah dipancing-pancing ngledekin galaknya eehhh…. Malah dia malah jutek. Sensi banget berarti selama ini ngak ada hati sama gue. Iigghhh…. Mending berenang sama ikan hiu dech dari pada ditolak. Yuri mencubit tangannya. Ini mimpi bukan sih? Sebenarnya Pena itu lagi ngomongin tentang dia atau orang lain? Tapi ko’ galak-galak?? “Datangin aja. Mumpung dia lagi bingung tuh…”. Haaaaggghh??? Loh, loh itu suara Syan. Yuri mematung ditempat. Dia tak berani menoleh kebelakang ini kudeta ya? Blank buntu. Burem hadooohh……!!!!!, batin Yuri “Syan biarin aja Pena ngurusin dirinya sendiri. Siapa tahu minggu depan kita bisa double dat. Iya khand?”. Beribu topan badai, bebegig sawah ! Syan ternyata berkomplot dengan Sena dan Nina. Yuri lemas dan duduk lemah dikursi. “RI”, Yuri menoleh kursi dikiri kanannya kosong memudahkan Pena duduk disampingnya. Hei kemana orang-orang ini? Kok tiba-tiba saja ruangan ini seperti melompong. Kosong, hanya gue dan Pena? Tak penuh sesak kaya tadi, batin Yuri. “Eh Pen, ngapain loe? Preeeeetttt……pertanyaan ngak penting!!!!!!. “Gue…..mau duduk aja. Cape’ dari tadi jaga, kalau loe?”, tanya Pena. “Kalau gue…….. ehmmm….. gue…. Gue nungguin Syan. Katanya tadi dia ketoilet bentar”, jawab Yuri “Dia udagh dikantin ama Nina. Kamu mau kekantin juga?” tanya Sena berharap. “Aku mau pulang aja”. Huuugghh…. Ngak sedep kekantin”, kata Yuri sembari memalingkan kepala. Aduuugghhh….. kenap yang keluar dari mulutku seperti itu. Aduuugghh gue kan mau kekantin ama loe Pena. Pliiiissss…… pliiisss…… bisa diralat ngak kata-kata gue tadi ya? “Hmm….. gitu ya. Aku juga boong ko’ mau ajak loe kekantin. Ayo kita pulang aja. Ku antar pulang loe samapi depan pintu Mrs galak”, ledek Pena. Suara itu bersahabat banget. Yuri merasa hangat, indah, dingin, campur aduk jadi satu dihatinya. “kenapa? Ngak mau juga gue antar pulang?”. “Bukan. Kamu ko’ jadi baik gini ama gue? Gue kaann….” “Galak?, potong Pena. “Hmm…… biarpun loe galak sebenarnya loe baik lagi, punya jiwa sosial tinggi pula. Gue mau lebih dari sekedar berteman kalau bolegh,” jelas Pena. Buseeettt….. Pena!!!!! Amazing !!! tentu aja boleh!!!!! Asal loe ngak terganggu dengan galak gue ini, histeri Yuri dalam hati. Saat Pena menggenggam tangannya. Dia berfikir kalau minggu depan dia bisa double date dengan Nina dan Syan, kedua sahabat kental Yuri dan Pena. (Karya Ismi Yundari)


Share this article with your friends

Posting Komentar

Jangan berkunjung tanpa meninggalkan jejak.
- No Spam - No Phising - No Live Link
Salam Blogger Indonesia, Silakan Tinggalkan Pesan Agan disini... !!!

Tukar Link



Copy Paste - Copyright by SIC
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://www.santri-indigo.com/" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4X8slxtycBYdn18VtsohXTzJQmwJhkNtRDtbbJv7tnt5dqou5BIn6OIdm1e3Ql3YM9ZSckUHsSXwpPacPxnw067WXUa7S3TWTDVRYOVwdV5Jwi8aLdKMMMZrX3WtykfUBqAwhWBc3DtA/s150/SI.png" /></a></div>

Bagi yang sudah pasang silahkan tinggalkan komentar