Pemuda itu menyapa, “Hai, Tuan, apakah kau bisa membawaku dan aku membawamu?”
Spontan lelaki itu menjawab “ Hai bodoh, kau ini bagaimana? Aku menunggang kuda dan kau juga menunggang kuda. Bagaimana kita saling membawa?”
Pemuda itu diam saja mendengar jawaban lelaki itu. Kemudian, keduanya melanjutkan perjalanan. Lalu, mereka melewati sebuah kampung. Kampung itu yang dikelilingi oleh kebun yang sudah tiba masa panennya.
Pemuda itu bertanya.”Menurutmu , buah-buahan itu sudah dimakan oleh pemiliknya atau belum ya?” Seketika.
Lelaki itu menjawab.”Pertanyaanmu itu aneh sekali! Kamu sendiri melihat dengan mata dan kepalamu, buah-buahnan tiu masih di pohonya dan belum dipanen, kok kamu bertanya, apakah buah-buahan itu sudah dimakan oleh pemiliknya atau belum?”
Pemuda itu hanya diam dan tidak menjawab pertanyaan pemuda itu. Kemudian, keduanya perjalanan. Baru sebentar berjalan, mereka bertemu dengan ornag-orang yang sedang mengelilngi jenazah.
Pemuda itu berkata, “Menurutmu, yang diiringi dalam keranda itu masih hidup apa sudah mati, ya?”
Lelaki itu tidak paham denganmu. "Aku tidak pernah menemuka pemuda yang lebih bodoh darimu. Ya, jelas! Jenazah itu akan dibawa kekuburan. Tentu dia sudah mati.” Pemuda itu kembali diam dan tidak menjawab sedikit pun atas komentar lelaki itu.
Akhirnya, keduanya samapi dirumah lelaki itu. Dia menajak lelaki tiu menginap dirumahnya. Dia mersa kasiahn, sebab pemuda itu terlihat sudah sangat letih. lelaki itu memiliki seorang gadis yang sangat cantik.
Begitu tahu ada seorang tamu menginap, anak gadisnya itu bertanya,”Ayah, siapa iu?”
“Dia pemuda paling bodoh yang pernah aku temukan,”jawab ayahnya.
Anak gadis itu malah penasaran.
Dia mengejar dengan pertanyaan berikutnya,”Bodoh bagaimana?”
Ayahnya langsung menceritakan awal pertemuannya dengan pemuda itu dan segala perkataan serta pertanyaannya.
Mendengar ceriita ayahnya, anak gadis itu berkata,”Ayah ini bagaimana? Dia itu tidak bodoh. Justru dia sangat cerdas dan pandai. Kata-katanya mengandung makna tersiarat. Ketika dia mengatakan, “apakah kau bisa membawaku dan aku membawamu?”, sebenarnya maksudnya adalah ‘apakah kita bisa saling berbincang-bincang sehingga bisa membawa kita pada suasana lebih akrab?’ ketika dia mengatakan, ‘Buah-buahan itu suadah dimakan oleh pemiliknya atau belum?’ ia memaksudkan,’Apakah pemiliknya sudah menjualnya ketika belum panen, atau belum?’ sebab, jika kita menjualnya, pemiliknya tentu menerima uangnya dan membelanjakan untuk makan dia dan keluarganya. Kemudian, ketika dia bertanya,’apakah jenazah di dalam keranda itu masih hidup atau sudah mati?’ Maksudnya.’apakah jenazah itu memiliki anak yang bisa melanjutkan perjuanganya atau tidak?’
Setelah mendengar apa yang dikatakan putrinya, lelaki itu keluar menemui pemuda itu. Dia meminta maaf atas perkataannya yang membodoh-bodohkan pemuda itu. Keduanya lalu berbincang-bincang.
Lelaki itu berkata,”sekarang aku baru tahu maksud pertanyaan-pertanyaanmu dalam perjalanan tadi”
Lalu Dia menjelaskan seperti yang dikatakan putrinya. Mendengar itu, sang pemuda bertanya, “Saya yaqin itu bukan lahir dari pikiranmu sendiri dan bukan perkataanmu, demi Allah, katakanlah padaku siapa yang mengatakan?”
“yang mengatakan hal itu adalah putriku,” jawab lelaki itu.
Spontan pemuda itu berkata,”Apakah kau mau menikahkan aku dengan putrimu?”
“ya” Begitulah, setelah melalui pengembaraan panjang, akhirnya pemuda itu menemukan pendamping hidup yang dia impikan. (Karya Husein Abdul Latif)
Share this article with your friends
Posting Komentar
Jangan berkunjung tanpa meninggalkan jejak.
- No Spam - No Phising - No Live Link
Salam Blogger Indonesia, Silakan Tinggalkan Pesan Agan disini... !!!